Natal, Alam dan Tokohnya.
School children pose in front of a English or Dutch cannon at Natal.
Anak-anak sekolah bergambar bersama meriam Inggeris atau Belanda di Natal.
Foto Arbain Rambey
Sebenarnya kata Natal bukanlah istilah daerah yang asli… Dalam percakapan sehari-hari lebih dikenal dan dibiasakan dengan kata NATAR. Sehingga orangnya pun disebut “HALAK BATANG NATAR”, atau orang Batang Natar. Dan yang mula-mula dikatakan Natal itu adalah “KAMPUNG BUKIT”. Kemudian setelah Perang Padri, maka pidah ke tepi pantai, itulah Natal yang disebut sekarang.
Kerajaan di pantai ini dipimpin oleh Tengku Sintan. Inilah Raja yang berjumpa dengan Company Inggris. Dan inilah yang menjadi Tengku Besar atau Raja Besar. Kerajaan ini berbatas dengan Raja Lingga Bayu, yang menjadi Tengku Sembah di Tapus. Batas daerahnya disebut “PINANG BABARIH”. Perjanjing daerah dan kuasa kerajaan ini, diadakan di BATU GAJAH, di tepi sungai Batang Natal, di kampong Lancat sekarang. Batu Gajah ialah suatu penjelmaan yang terjadi, seekor gajah besar dan beberapa anaknya, dan seekor harimau yang sedang minum bersama-sama menjadi hantu.
Di Natal rumah kerajaan disebut “UJUNG GAJAH MAHARAM”. Daerah ini alamnya indah, dan kekayaannya membuat Natal cukup terkenal pada masa lalu. Adat istiadat pembawaan rakyat terutama anak-anak gadis, cukup mengasikkan orang-orang yang berkunjung ke daerah itu. Pernah seorang Belanda, terpikat dan jatuh cinta kepada gadis Natal; orang Belanda tersebut bernama Dowaes[1] Dekker atau Multatuli. Cuma kekayaan alam ini belum diolah. Watak rakyatnya pintar-pintar, cuma mereka jauh dari tempat pendidikan, bagi yang berkesempatan merantau meluaskan pandangan hidupnya, tidak sedikit menjadi orang penting, ahli politik, militer, sastrawan, dan hartawan di seluruh pelosok tanah air. Mengenai silsilah kerajaan Natal, di sini diuraikan sedikit:
Tengku Sintan
Tengku Muhammad Natal
Tengku Raja Hidayat
Tengku Muhammad Arrif
Tengku Haji Sutan Sri Dewa
Di daerah Natal sepanjang pantai, banyak suku-suku lain yang berdatangan ke sana. Seperti di Teluk Sikara-kara, penduduknya berasal dari Aceh Melabuh, begitu di Jambur Aceh. Kedatangan Inggris dan Belanda sampai sekarang masih ada bekas-bekas peninggalannya seperti meriam, gudang tempat penukaran uang (bank) Inggris, penyimpanan mesiu pada masa company, dan sebua sumur, yang disebut SUMUR MULTATULI.
Di samping kekayaan dan keindahan alam, ala lagi kekayaan yang paling besar pada masa dahulu, yaitu seorang Ulama Islam terbesar pada masa itu, yang tidak sedikit jasanya mengajarkan ajaran Islam sampai ke Mandailing, Angkola Sipirok, Pargarutan, Padangansidempuan, Batangtoru, Marancar, sampai ke perbatasan Tapanuli Utara dan Padanglawas. Ulama Besar tersebut bernama Syekh Abdul Malik gelar BALEO NATAR. Murid dari Guru Besar – Ulama terbesar Syekh Abdul Fatah dari Surau Tambak. Boleh dikatakan yang berjasa dan secara diplomat tanpa pertumpahan darah dan pengrusakan harta, beliau inilah yang memantapkan Agama Islam di seluruh Tapanuli Selatan. Beliau adalah seorang Ulama Ahli Fikih dan Tarikat Nakasabandiyah.[2]
Menurut sejarah yang dituturkan kekluarganya Syekh Abdul Malik, bersasal dari Muara Mais Kotanopan. Beliau datang ke Natal, belajar di Surau Tambak kepada Syekh Abdul Fatah Ulama Besar pada masa itu. Beliau ini belajar bersama-sama dengan kawan-kawan beliau yang semuanya jadi ulama terkenal juga seperti Tuan Tamang dan Tuan Benteng. Syekh Abdul Malik ditugaskan oleh guru beliau Syekh Abdul Fatah, untuk mengajarkan Agama Islam keseluruhan Tapanuli Selatan. Setelah Syekh Abdul Fatah meninggal, hari Ahad 12 Rabiul Awal 1282 H, maka Syekh Abdul Malik menetap di Surau Tambak sekarang, untuk melanjutkan pengajaran Agama Islam. Kemudian beliau berpulang pada pada hari Jum’at 12 Romadon 1320 H…
Daerah Natal satu-satunya yang menganut sistem matrilineal, menurut hukum keibuan, dengan perkawinan semenda atau menjapui. Berbeda dengan daerah Batang Natal, di sana yang utama adalah Adat dan bahasa Mandailing. Dan garis darah menurut keturunan ayah (patrilineal). Daerah Batang Natal juga kaya dengan emas sepanjang sungai Batang Natal. Usaha rakyat banyak juga yang mendulang emas. Udaranya sejuk, penduduknya ramah-ramah, terutama gadis-gadisnya cantik dan bersih-bersih karena perkempungan mereka boleh dikatakan di sepanjang pinggir sungai Batang Natal. Pemandangan di Singgah Sejenak cukup mengharukan, rumah Makan di Sopo Tinjak cukup terkenal, setiap penumpang bus tidak dapat melewatkannya untuk singgah makan di sana. Di pinggir sungai Aek Guo, ada batu berlobang.
Menurut cerita lobang batu itu sangat panjang, berpuluh-puluh kilo meter, yaitu dari Aek Guo sampai ke Roburan Mandaling. Menurut keyakinan di dalam lobang itu, ada orang halus atau jin penunggu. Dari beberapa desa dari Batang Natal ini, telah banyak mempunyai putra-putri yang maju dan berpendidikan tinggi, serta memegang peranan penting dalam negara kita ini, seperti dari Muara Soma, Aek Nangali, Rao-rao, Kase dan lain-lain. Keempat daerah ini, Angkola, Padanglawas, Mandailing dan Pesisir Natal-Batang Natal di Tapanuli Selatan, mayoritas penduduknya beragama Islam.
G. Siregar Baumi glr. Ch. Sutan Tinggibarani Perkasa Alam, Surat Tumbaga Holing, Adat Batak Angkola-Sipirok-Padangbolak-Barumun-Mandailing-Batang Natal-Natal, Padangsidimpuan, 1984, hlm. 33-37.
[1] Sebetulnya Douwes. Nama penuhnya ialah Eduard Douwes Dekker.
[2] Nakshabandiah.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
8 comments:
Aduuhh senangnya aku ada bacaan tentang Natal dan sekitarnya. Sekedar informasi, saya masih keturunan Raja Lingga bayu loohh... hehehe bangga!!!
Aku rindu ke kampung halaman ayah di Natal... belum kesampaian berkunjung ke Pulau Unggeh. Waktu kecil dulu sering di bawa ayah liburan ksana, aku suka main2 di sekitaran Meriam Inggris dan pesisir pantai barat...
Terimakasih banyak untuk Bapak yang sudah memuat artikel tentang Natal.
saya ingin lebih bayak mengetahui tentang natal karena ayah keturunan dari san.ksy belum pernah ke natal hanya dengar cerita karena masa kecil tinggal di medan SD pindah ke bandung angku sy Sutan Amansyah dan uci saya Putri asam jawa
Natar memiliki sejarah panjang dalam perjauangan bangsa. Mulai dari asal tokoh penyebar islam Baleo Natar sampai dengan pembuangan multatuli. Natal tempat kenangan yang tak terlupakan.
saya juga keturunan lingga bayoe dan setau saya tidak ada "iblis" keturunan lingga bayoe...
saya suda membaca terombo natal dan linggabayu tidak ada nama iblis mohon diberitahu siapa nama angku,uci atau buyutandabiar bisa ditarik benag merahnya
wa....bangga jdi orang madina...(mandailing natal)rere
Nama rao rao dan kase sebenarnya itu satu desa. Tapi dengan kemajuannya sekarang kase Rao Rao dikenal di mandailing natal. Alhamdulillah sukses buat anak-anak rao rao.
Saya bangga punya ibu yang asli Natal. Lingga Bayu.. Kangen pulang Natal..
Salam,
Post a Comment