Friday, June 29, 2007

Kabupaten Mandailing-Natal (MADINA)


Kabupaten Mandailing-Natal (MADINA)
Setelah melalui proses yang sangat panjang – hampir enam tahun – Kabupaten Mandailing-Natal terbentuk berikutan pemekaran wilayah Propinsi Sumatera Utara pada tahun 1999.

Dalam rangka untuk memacu pembangunan Propinsi Sumatera Utara terutama wilayah pantai Barat, penataan ulang melalui pemekaran wilayah dilakukan dengan harapan penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pembinaan masyarakat dapat ditingkatkan.

Berikutan itu kecamatan Natal dan bahagian Mandailing dari Kabupaten Tapanuli Selatan dirangkumkan menjadi Kabupaten Mandailing-Natal, atau kependekannya Madina, dengan moto “Madina Yang Madani”.

Madina adalah kependekan dari kata: Makmur, Aman, Damai, Indah, Nyaman dan Asri. Madani melambangkan masyarakat civil (beradab dan bertamadun) yang hidup rukun tenteram dengan jiwa membangun yang tinggi dan terbuka menerima perubahan.

Kabupaten Madina mempunyai 17 kecamatan meliputi 322 desa, 7 kelurahan dan 10 unit pemukiman transmigrasi (UPT).

Nama-nama kecamatannya ialah:

Batahan Pasar Batahan
Batang Natal Muarasipongi
Bukit Malintang Bukit Malintang
Kotanopan Kotanopan
Lembah Sorik Marapi Pasar Maga
Lingga Bayu Simpang Gambir
Muara Batang Gadis Singkuang
Muarasipongi Muarasipongi
Panyabungan Panyabungan
Panyabungan Barat Longat
Panyabungan Selatan Tano Bato
Panyabungan Timur Gunung Baringin
Panyabungan Utara Mompang
Siabu Siabu
Ulu Pungkut Hutanagodang

Ibukota kabupaten: Panyabungan.

Luas: 6.620.70km² atau 662,070 hektar

Penduduknya berjumlah sekitar 369,691 jiwa. Dari jumlah tersebut, 68,842 diperhitungkan miskin.

Kabupaten ini adalah kampung halaman bagi etnik Mandailing, Minangkabau, masyarakat terasing seperti Lubu (Siladang) dan lain-lain dengan kebudayaan khas masing-masing. Kabupaten ini juga menjadi tanah leluhur masyarakat Mandailing di negara tetangga Malaysia dan Singapura.

Dari daerah ini banyak tampil tokoh-tokoh yang menghiasai pentas sejarah Indonesia modern seperti Jenderal Besar A. H. Nasution; budayawan dan wartawan Mochtar Lubis; sastrawan dan budayawan Sutan Takdir Alisyahbana; pejuang kemerdekaan Sutan Mohammad Amin, dll. Di Malaysia, tokoh-tokoh nasional keturunan Mandailing termasuk bapa pendidikan modern Malaysia, Aminuddin Baki (Lubis); Laksamana Madya Mohd. Zain bin Mohd. Salleh (Nasution); mantan Ketua Polis Negara Tun Hanif Omar, dll.

5 comments:

Anonymous said...

Semoga MANDAILING NATAL SEMAKIN JAYA DAN MAKMUR. Trims

A.Rangkuti said...

Salam,

1. Apa sudah jadi dengan Ikatan
Mandailing Malaysia (IMAN)?

2. Apa sudah jadi dengan lembaga
Adat Mandailing Malaysia (LAMA)?

3. Tahukah orang-orang mandailing
di Malaysia ini bahawa istana
lama mandailing di pekan kecil
Papan,Perak telah dibiarkan
terbengkalai kerja-kerja baik
pulihnya?

Dari generasi ke21 dari marga Rangkuti.

H. Zainul Nur Nasution said...

saya orang mandailing asal panyabungan tonga, sangat bangga bisa mengakses website ttg mandailing. sebelumnya saya juga pernah membuka situs tentang mandailing yg dikelola oleh orang-orang keturunan mandailing di Malaysia. ternyata orang mandailing ini sudah ada di negara jiran itu sebelum indonesia merdeka. skrng ini juga mereka tersebar seantaro malaysia. mudah-mudahan sarana seperti ini lebih banyak sehingga kita orang mandailing punya sarana silaturrahim. terimakasih banyak

Unknown said...

Horas,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,,
SAYA BORU NASUTION
mudah2an kta org mAndailing jaya clLU dan bsa memegang PERSAUDARAN YG ERAT,,,,,, AMIN,,,,
SAYA Sgat bangga menjadi org MANDAILING,,,,,,,

Unknown said...

asal usul memang tidak bisa dihilangkan dari hidup kita. mengingat orang dulu selalu memelihara turunan tentu tidak lain dari marga itu sendiri. kalo kita lihat orang arab as-syihab, al-atas ini kan semua marga yg dibawa kakek buyut mereka dulunya dari sana, tapi cucu-cunya tidak pernah menghilangkan status mereka sebagai turunan. kita juga mandailing harus begitu. horas mandailing