Tuesday, July 3, 2007
Taman Nasional Batang Gadis, Surga Burung di Sumatra
Taman Nasional Batang Gadis
Surga Burung di Sumatera
Survai Burung di Taman Nasional Batang Gadis menyimpulkan bahwa kawasan hutan ini merupakan bagian potensial habitat burung yang perlu dilindungi.
Kekayaan burung ini juga bisa dimanfaatkan sebagai arena wisata alam ‘bird waching’.
Sore itu agak redup, dari kejauhan tampak mobil beriring-iringan masuk ke suatu kota kecil yang diapit oleh dua pegunungan. Kota kecil itu sangat unik karena perkembangannya nampak hanya terlihat di bagian jalan besar yang lurus memanjang membelah kota tersebut. Kota ini dinamakan Panyabungan, ibukota Kabupaten Mandailing Natal yang letaknya di Propinsi Sumatera Utara.
Salah satu pegunungan besar yang mengapit kota kecil tersebut adalah Taman Nasional Batang Gadis yang kini menarik perhatian internasional karena selain usulan kawasan tersebut merupakan kawasan kosnervasi yang diajukan secara sungguh-sungguh oleh masyarakat Mandailing Natal.
Sesampai di sebuah penginapan, seluruh penumpang di dalamnya turun dengan membawa sebukit tas, alat-alat dan barang-barang perbekalan penelitian.
Mereka yang menamakan diri ‘Tim Flora dan Fauna’ merencanakan untuk membuat berbagai riset singkat di wilayah bakal taman nasional tersebut terutama aspek keanekaragaman hayatinya. Menariknya, aspek keanekaragaman hayati di kawasan usulan taman nasional tersebut (kini sudah resmi menjadi taman nasional-red) belum pernah digali sebelumnya dan hanya ada satu atau dua catatan pengamatan kecil dari organisasi lingkungan yang pernah melakukan kegiatan pemantauan di sana.
Keesok harinya, saat makan pagi usai, mulai tim flora dan fauna melakukan kegiatan survey awal kondisi lokasi bakal taman nasional tersebut. Banyak hal yang menarik terutama tim tersebut terdiri dari berbagai latar belakang keilmuan dan institusi. Ada yang berasal dari institusi Litbang Kehutanan, LIPI dan saya sendiri (Wishnu) lalu staff CI Indonesia yang lain Sunarto, Abu Hanifah, Hamid dan Hasbi dan beberapa penduduk lokal yang diantaranya belum saling kenal satu sama lain.
Mandailing Natal merupakan lokasi yang elok dikunjungi, suasananya yang tidak ramai, pegunungan yang masih banyak ditumbuhi oleh pohon-pohon yang tinggi dan alami dan keindahan Gunung Sorik Merapi yang seringkali cemerlang pada pagi hari dan saat itu sangat cocok bagi mereka yang senang fotografi.
Satu hal lagi, air terjun panas yang terletak di samping jalan Kayu laut - Sopotinjak. Sungguh luar biasa dan tidak pernah dijumpai di daerah manapun.
Mimpi yang sangat indah kalau daerah tersebut benar-benar dijaga dan
dikelola secara baik dan profesional. Dari segi pemerintahan, kabupaten ini termasuk kabupaten baru pecahan dari Tapanuli Selatan. Dengan diangkatnya menjadi kabupaten baru, otomatis para pemangku kepentingan atau stakeholder di sana berusaha keras untuk mendapatkan sumber dana atau pendapatan buat daerahnya. Hal ini kadang menjadi dilema bagi kelestarian alam. Banyak contoh bahwa otonomi daerah mengakibatkan eksploitasi besar-besaran sumber daya alam karena bagian inilah yang paling mudah untuk mendapatkan pendapatan, tetapi bagi Kabupaten Mandailing Natal ternyata tidak demikian.
Pemerintah Daerah justru berkeinginan untuk memiliki salah satu kawasan lindung yang bisa menjadi kebanggaan daerah. Menariknya lagi, kawasan lndung tersebut merupakan usulan dari masyarakat yang berada di sekitar desa yang diwakili oleh beberapa kepala desa.
Bagi pemda dan masyarakat sebenarnya dapat memanfaatkan hutan tersebut
secara lestari dan dapat diambil keuntungan atau benefit yang nyata yaitu dengan melakukan pengelolaan yang ramah lingkungan dan berkesinambungan.
Misalnya dengan menumbuhkan kegiaran ekowisata. Potensi ekowisata di sekitar Batang Gadis itu sangat besar. Tim flora dan fauna yang berkunjung ke desa-desa sekitar kawasan (walau belum seluruh desa dijelajahi), banyak menemukan keunikan di sana seperti di daerah Sibanggor, Sopotinjak, Aek Nangali, Hutabargot dan Natal (lihat artikel: Potensi Wisata Alam di Taman Nasional Batang Gadis). Di Sibanggor saja, keunikan rumah-rumah masyarakat yang beratap ijuk dan letaknya yang teratur, merupakan aset daerah yang dapat dilestarikan dan merupakan daya tarik wisatawan. Oleh karen itu perlu dipikirkan meningkatkan kualitas rumah-rumah tersebut.
Surga Burung
Kegiatan kunjungan ke desa juga diikuti dengan penelitian flora dan fauna dan efektifnya pengamatan flora dan fauna pada pertengahan minggu pertama survai. Beberapa titik diambil sebagai lokasi penelitian dan selama proses berjalannya waktu, banyak sekali hasil yang diperoleh. Untuk tumbuhan saja diperkirakan ratusan jenis dapat teridentifikasi dan ditemukan pula jenis Raflesia sp. di wilayah Sorik Merapi yang katanya menjadi daerah keramat.
Serunya lagi untuk satwa, 200-an burung teridentifikasi padahal ketinggian lokasi pengamatan antara 0 - 1300 m dpl dan belum mencapai ketinggian 1500an. Jadi, Batang Gadis merupakan surganya burung, karena jarang sekali pengamatan satwa waktunya hampir sebulan bisa mendapatkan 200 jenis burung.
Dari 200 spesies yang tercatat, 6 jenis rangkong dipastikan terdapat di kawasan tersebut, jadi tinggal 3 ekor lagi dari 9 spesies rangkong di sumatera, jenis ‘finfoot’ yang dikenal migran dan datanya sangat jarang ditemukan di Indonesia, juga tercatat di situ. Dari 200 spesies burung, 38 spesies diantaranya dalam status dilindungi dan 5 diantaranya adalah endemik Sumatera. Tim fauna juga menemukan banyak spesies elang, kutilang, pelatuk, bahkan burung-burung yang sulit ditemukan dan hanya dijumpai di daerah-daerah yang sulit terjamah manusia, seperti seperti jenis burung luntur gunung atau ‘trogon’.dan burung cirik-cirik kumbang –Nyctyornis amictus.
Dalam survai tersebut tim burung juga menjumpai spesies paling eksotik dan menarik yaitu enggang gading Rhinoplax vigil. Burung berwarna hitam dan putih ini selain bentuknya unik dan memiliki bulu ekor di bagian tengah yang jauh lebih panjang dari bulu ekor tepi, juga memiliki suara seperti orang sedang tertawa terbahak-bahak.
Selain itu adapula burung yang unik selalu di jalan dan kadangkala ingin bercanda dengan kita yaitu kicuit batu Motacilla cinerea. Burung ini seringkali berjalan di tanah dan menungging-nunggingkan ekornya naik turun untuk mencari perhatian. Adalagi jenis Tepekong rangkang Hemiprochne comata dengan cirri khas dua garis putih melintang di atas dan bawah bagian matanya, selalu mengamati gerak-gerik kita pada saat pengamatan. Lucunya burung ini dapat dengan cuek nya hinggap di dahan kering lalu terbang berputar dan hinggap lagi di dahan yang kering tanpa merasa terganggu oleh kehadiran manusia. Berung di Batang Gadis memang terasa jinak, adalagi burung yang lebih cuek yaitu burung luntur gunung. Pernah tim fauna menjumpai burung tersebut hinggap dekat dengan pengamat tanpa bergerak walau pengamat tersebut lalu lalang berjalan. Seolah berkata: “segera lindungi habitat kami”.
Sangat indahnya kawasan hutan dan fauna burung di Batang Gadis, menjadikan kawasan ini cocok dan potensial untuk dijadikan kawasan ekowisata ‘Birdwatching’.Nah, tinggal bagaimana semua pihak atau pemangku kepentingan (stakeholder) memiliki komitmen untuk merencanakan dan membangun ini semua.
http://catros.wordpress.com/2007/06/29/taman-nasional-batang-gadis/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment